:: Link Exchange ::

MAGGOTACE.blogspot.com

Seberkas Senyum Terakhir

Seberkas Senyum Terakhir
Oleh :  Aldian P. Putra

Bella melintasi tanah pekuburan. Disore yang mendung itu ia pergi ke makam Ariel, orang yang dikasihi yang pergi tiga tahun lalu. Bella meletakkan karangan bunga dan berdoa. Tak seberapa lama, hujan rintik mulai turun. Bella yang tadinya tak peduli, tiba-tiba merasakan seseorang dibelakangnya. Bella mendongak mendapati pemuda itu tengah berdiri memayunginya.
“Mm… maaf, kelihatannya kamu tidak membawa payung, jadi aku…”
“Nggak papa kok, makasih ya..” kata Bella sambil berdiri.
Ditatapnya cowok itu. Bella sedikit salah tingkah. Cowok itu memayungi Bella sampai jalan diseberang kompleks pemakaman.
“Ng.. ka.. kamu bawa kendaraan?” tanyanya sopan. Bella pun menggeleng.
“Boleh aku anter?” tanyanya lagi.

“Enggak usah, makasih, aku bisa pulang sendiri.” Jawab Bella. Ia lalu melompat ke dalam angkot yang melintas di depannya.

_***_


Bella lagi panik sekarang, Marsha adik kecilnya, rewel waktu mereka sedang berbelanja di supermarket. Padahal ini sudah sampai diantrian. Dan tinggal dua orang lagi, tapi Marsha terus saja merengek-rengek.
“Marsha… sebentar ya, tinggal sedikit lagi. Entar habis ini boleh deh makan sepuasnya di food court situ.” Bujuk Bella.
“Nggak mauuu…! Pokoknya sekarang.. sekarang..! Marsha udah laper mbak!” Marsha mulai menangis.
Dasar susah diatur. Dikira Cuma dia apa yang laper. Bella memutar otak, dan..
“Maaf mas, bisa tukeran nggak, adik saya ini rewel.” Kata Bella dengan pedenya pada orang di depannya.
Dan ketika orang itu menoleh, kontan Bella terpaku sesaat. Ternyata orang itu adalah cowok yang ditemuinya tempo hari, di pekuburan itu.
  

“Oh.. ya, silakan!” kata cowok itu sambil tersenyum.
    “Terima kasih..!” Balas Bella.
Ia satu langkah ke depan menggantikan tempat cowok tadi. Bella cepat-cepat meletakkan barang-barang belanjaannya di meja kasir. Lalu membayar dan buru-buru meninggalkan tempat itu. Saking buru-burunya sampai ditegur mbak kasir, karena lupa mengambil kembalian. Bella mengamati Marsha yang melahap sepiring nasi gorengnya. Tidak ada alasan lagi Marsha marah-marah. Marsha memang begitu kalau lagi laper.
    “Mbak, itu kan kakak yang bantuin kita tadi.. iya kan!” bisik Marsha.
Bella kaget. Bisa-bisanya Marsha mengamati siapa cowok yang diajak tukeran tempat tadi.
    “Mbak, dia belum dapet tempat duduk tuh. Kita ajak kesini aja ya” kata Marsha lagi
“Eh, nggak usah!” jawab Bella spontan.
Ia menatap ragu ke arah cowok yang lagi bawa nampan dan bingung mau duduk di mana. Maklum aja klo jam makan siang gini food court pasti penuh.
    “Kalo orang berbuat baik sama kita, kan harus kita bales mbak.”
Belum sempat Bella protes, Marsha udah melompat dari kursinya dan melambai kearah cowok itu. Bella Cuma menghela nafas sambil melirik adiknya dengan kesal sewaktu cowok itu menangkap isyarat Marsha.
    “Boleh gabung?” Tanya cowok itu sok basa basi.
“Boleh kak!” jawab Marsha.
Cowok itu lalu meletakkan nampan berisi makanannya dan mulai duduk diseberang Bella dan Marsha.
    “Terima kasih anak manis..” Katanya sambil senyum lebar.
    “Oh ya, nama kakak Naudy, kamu siapa..?” katanya lagi.
    “Marsha” jawab Marsha centil.
“Apa-apaan nih pake mincing-mancing Marsha kenalan segala, pasti abis ini….“ batin Bella.
“Terus yang sama Marsha ini siapa..?”  Tanya Naudy.
“…Tuh kan.. dasar cowok, kesempatan deh!” batin Bella gemas.
    “Ini mbak Bella, kakak Marsha” kata anak kecil itu sambil menepuk lengan Bella. Dan memaksa Bella mengulurkan tangannya.

_***_

  
Kali ini Bella harus percaya bahwa waktu memang bisa merubah segalanya. Harus diakui bahwa kerasnya hati Bella mulai luruh. Naudy sangat apa adanya. Apapun yang dilakukannya tidak dibuat-buat. Bella mulai merasakan adanya sebuah ketulusan. Naudy bukan hanya mulai dekat dengan Bella, tapi dengan Marsha juga. Ia pandai mengambil hati anak itu.Seperti saat ini, Naudy bias membuat Marsha tertawa lepas seperti itu. Sudah lama Bella tidak melihatnya. Dulu ada Ariel yang bisa membuat dirinya dan Marsha bahagia. Tapi ketika Ariel pergi tuk selamanya, Marsha seakan juga merasakan kesedihan yang sama seperti Bella.
Hm… Ariel, saat nama itu terlintas di benak Bella terasa sangat menyesakkan. Kalo diingat-ingat rasanya baru kemarin Bella mendengar teriakkan Ariel ketika sebuah mobil menyambar sepeda motor yang ditumpangi mereka. Bella ingat betul kejadian itu.
Tiga tahun yang lalu, ketika mereka berdua masih di bangku SMA, saat di tikungan entah mengapa motor yang mereka tumpangi terasa oleng, tepat disaat yang bersamaan mobil dari arah berlawanan melaju dengan kencang, dan kejadian mengerikan itu tak dapat dihindari lagi. Bella masih sempat melihat tubuh Ariel yang terkapar setelah membentur aspal, sebelum akhirnya semua menjadi gelap di mata Bella. Ia pingsan. Dan disaat siuman ia sudah berada di rumah sakit. Hanya lecet dan luka kecil di kepala, rasanya tidak sebanding dengan kematian yang harus dihadapi oleh Ariel. Tidaaakk… Bella mengingatnya lagi. Sebutir air mata jatuh, Bella berusaha menahannya tapi malah semakin banyak. Naudy melihatnya! Dia juga yang mengahapuskan air mata itu. Bella merasakan ketenangan seketika itu.

_***_


    “Hei Raf, udah lama?” sapa Bella pada Rafli.
Sepulangnya dari pergi bersama Naudy, ia dapati Rafli duduk di bangku teras rumahnya. Cowok itu menghentikan keasyikannya membolak-balik majalah, dan tersenyum pada Bella. Tapi senyumnya memudar saat melihat Naudy di belakang Bella.
    “Oh ya, kenalin Dy, ini Rafli, dia sahabat sekaligus tetanggaku, rumahnya di seberang itu lho!” kata Bella sambil berpaling pada Naudy. Rafli mengulurkan tanganny, tapi ia terus menatap mata Naudy tajam. Bahkan Alisnya sampai berkerut.
    “Aku pulang dulu Bell” kata Rafli kemudian.
    “Lho, kok pulang? Bukannya kamu nungguin aku?” Tanya Bella.
    “Ihh.. nggak tuh.. orang cuma mau minjem majalah otomotif papamu.” Rafli mengacungkan majalah di tangannya. Bella melongo dan Rafli berlalu.
  
    Hari ini Bella ingin pergi mengunjungi makam Ariel. Tadinya ia ingin mengajak Rafli, tapi cowok itu sudah pergi entah kemana. Namun ketika sampai di pekuburan Bella malah melihat mobil Rafli di sana.
“Hm.. kenapa nggak bilang-bilang ya?” gumam Bella.
Tiba-tiba Bella melihat debu yang berterbangan di depan makam Ariel. Bella setengah berlari ingin melihat yang terjadi. Tapi apa yang dilihatnya sungguh sangat mengejutkan. Rafli tengah melayangkan tinjunya ke wajah Naudy jatuh tersungkur. Bella mendorong tubuh Rafli kuat-kuat.
    “Kamu apa-apaan sih Raf!?”  bentak Bella. Naudy berdiri sambil menghapus darah disudut bibir dengan tangannya.
    “Harusnya kamu tahu siapa dia Bel.” Kata Rafli dingin. Bella berpaling heran.
    “Dia ini, Naudy Winata, pengemudi mobil yang telah menabrak kamu dan Ariel waktu itu.” Jelas Rafli.
    “Jangan bilang itu bener Dy!” seru Bella pada Naudy.
    “Maaf Bel, tapi memang begitu kenyataannya. Aku sadar cepat atau lambat semua pasti terbongkar. Dan ini lebih baik daripada aku harus memberitahumu sendiri. Aku nggak akan sanggup.” Kata Naudy pelan.
Bella terpengarah dan.. Plaaaakkk! Sebuah tamparan keras melayang dari tangan Bella.  Naudy menggerakkan rahangnya menahan sakit.
    “Asal kalian mau memaafkan aku, dipukuli sampai mati pun aku rela.” Kata Naudy lagi. Lalu suasana hening sesaat sampai kemudian Rafli mengajak Bella pergi dari situ.

_***_


    “Kamu nangis tiga hari tiga malam Bel. Sampai mata kamu bengkak kayak gitu?”  Tanya Rafli. Sejak kejadian itu, baru hari ini ia bias menemui Bella. Bella diam saja.
    “Kenapa aku harus ngalamin ini ya Raf. Tahu nggak? Ini kesalahan terbesar dalam hidupku.” Seru Bella.
    “Hei.. jangan bilang gitu, inikan sudah takdir.” Rafli menepuk-nepuk bahu Bella.
    “Apa? Takdir katamu? Kalo kamu sadar ini takdir, kenapa kemarin kamu mukulin Naudy?” Tanya Bella dengan nada yang sedikit membentak. Rafli menghela nafas sejenak.
    “Denger ya, kemarin aku mukul Naudy tiga kali, yang pertama untuk Ariel, kedua untuk darah yang dikeluarkan Ariel, dan yang ketiga untukmu..” jawaban Rafli membuat Bella terdiam.

“Aku tahu, ini soal Ariel. Tapi sejak ada Naudy, sikapmu mulai berubah, kamu nggak lagi larut dalam kesedihan sepeninggal Ariel. Karena itu bisa kupastikan, kamu mulai sayang sama dia, ya kan?.” Bella mengangguk lemah.
Air matanya kembali mengalir dari sudut matanya yang bengkak. Rafli tersenyum sambil menghapus air mata Bella.
    “Kalo gitu kamu harus bilang pada Naudy.” Kata Rafli.
    “Tapi Ariel, dia nggak akan rela Raf.” Tegas Bella.
    “Denger ya.. aku ingat apa yang dikatakan Ariel sebelum ia meninggal. Dia bilang, lakukan apapun yang bisa bikin kamu bahagia, apapun Bel.” Jelas Rafli.  Bella terkagum sesaat, dan lagi-lagi menangis, kali ini di bahu Rafli.

_***_


    Bella melihat Naudy yang membelakanginya di seberang jalan itu. Ia sudah bicara banyak dengannya tadi di telpon. Dan kini Bella hanya ingin bertemu dengannya.
    “Ariel.. relakan aku untuk menjalani semua ini..” bisik Bella dalam hati.
    “Naudy!” teriak Bella.
Cowok itu memutar badan dan tersenyum padanya. Bella segera menyebrang jalan itu, rasanya seperti ingin terbang.
    “Bella… awaaass!!” seru Naudy. Terlambat, mobil besar itu membuat tubuh Bella terpental dan terbanting ke aspal. Naudy tersikap, kepalanya terasa berputar-putar. Namun ia berhasil lari menghampiri tubuh Bella yang terbaring di tengah jalan. Naudy memeluknya erat, berharap gadis itu membuka matanya. Sesaat Bella masih bisa merasakan pelukan Naudy dan tersenyum padanya, tapi kemudian tidak lagi. Dan harapan Naudy pupus sudah.

*******

posted under , |

1 comments:

facely said...

fyuh, sad ending ckckc
haruskah smuanya mati? o.o

Post a Comment

Newer Post Older Post Home



Recent Comments